Dalam rangka menunjang tahun ajaran baru 2024/2025, SMAN 1 Kradenan menyelenggarakan In House Training dengan tema “Peningkatan kualitas guru dalam mengembangkan kemampuan bernalar kritis siswa” pada Senin (10/05/2024) hingga Kamis (13/05/2024).
Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Pertemuan SMAN 1 Kradenan itu dibuka oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah IV Provinsi Jawa Tengah, Bapak Budi Santosa, S.Pd.,M.M.,M.Si. tepat pukul 08.30 WIB waktu setempat.
Bapak Budi, dalam pembukaan menyampaikan pentingnya kedisiplinan, ketaatan sebagai pegawai, PPDB, kurikulum hingga evaluasi kurikulum merdeka yang harus dijalankan secara maksimal.
“Hal-hal yang harus diperhatikan di cabdin IV khususnya di SMAN 1 Kradenan ini, pertama tentang kedisiplinan. Jangan sampai citra baik tercemar dari sini. Mulai kedisiplinan waktu, fingerprint (absensi kehadiran) di kantor bukan di kendaraan atau didalam mobil. Kemaren ada temuan ASN yang finger didalam mobil. Jangan sampai itu kita lakukan. Kemudian finger juga harus pakai seragam sesuai ketentuan. Jangan sampai kita pagi finger pakai khaki, sorenya pakai daster. Jangan! Kemudian yang kedua, tentang atribut, juga harus sesuai peraturan”, tutur kepala cabang dinas iv Jawa Tengah asal Kabupaten Pati itu dengan tegas.
IHT yang terinspirasi dari salah satu nilai dalam Profil Pelajar Pancasila: Nalar Kritis dengan narasumber utama Bapak Hery Wuryanto, S.Pd.,M.M. tersebut diikuti oleh segenap tenaga pendidik SMAN 1 Kradenan.
“Peningkatan berpikir kritis siswa dapat kita lakukan pertama dengan membiasakan mengajukan pertanyaan terbuka, menggunakan metode pembelajaran aktif, mengajarkan keterampilan analisis serta menggunakan studi kasus dan masalah nyata kepada siswa. Disamping itu, kita perlu menggunakan metode pendampingan pada peserta didik yang tepat”, ungkap pengawas SMA Cabang Dinas Wilayah IV Jawa Tengah ditengah menyampaikan materi tersebut.
Pengawas SMA yang pernah menjadi kepala sekolah itu juga mengungkapkan pentingnya menentukan metode pendampingan peserta didik di kelas.
“Coba masing-masing tuliskan metode pendampingan peserta didik yang sudah bapak ibu lakukan pada buku atau kertas yang sudah disediakan. Nah, dari situ salah satu yang menentukan berhasil atau tidaknya guru dalam mendorong siswa untuk berpikir kritis, karena kalau tidak ada pendampingan jangan harap kita berhasil mendidik peserta didik” imbuhnya.
“Berikutnya, sebagai pendidik terlebih dahulu mengetahui posisi kita. Apakah kita sebagai mentor, coach, atau fasilitator? Nah masing-masing itu ada kompetensinya. Sedangkan kompetensi umumnya yang harus ada pada fasilitator, mentor, maupun coach yaitu hadir utuh, mendengar aktif, dan melontarkan pertanyaan berbobot”, paparnya.
Harapannya, IHT ini benar-benar dapat meningkatkan kualitas pendidik untuk menghadapi tahun ajaran 2024/2025 mendatang.